Jumat, 24 Oktober 2014

Mayang Prasetyo, Dimutilasi Dan Direbus Sang Kekasihnya

Melbourne-ASPRA,
KEPOLISIAN
Australia memastikan, kematian Mayang Prasetyo alias Febri Andriansyah yang potongan tubuhnya ditemukan di sebuah apar-temen di Brisbane, Australia, sebagai akibat dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Polisi menepis kemungkinan faktor narkoba atau obat-obatan di balik tragedi tersebut. Menurut Detektif  Tom Armitt, penyelidikan polisi untuk mengungkap motif pembunuhan yang disusul bunuh diri ini untuk sementara menunjukkan bahwa penyebab peristiwa tersebut adalah KDRT.
“Saat ini investigasi kami berkisar pada masalah kekerasan rumah tangga yang berujung pada musibah ini,” ujar Detektif Armitt.
Armitt mengungkapkan, kemungkinan waktu kematian Mayang adalah antara “Kamis malam dan Jumat pagi” pekan lalu. Dia menepis bahwa faktor narkoba dan obat-obatan kemungkinan turut berperan dalam tragedi ini.
Sejak menemukan potongan tubuh Mayang pada Sabtu (4/10/2014) malam pekan lalu, polisi menutup akses ke apartemen yang terletak di Commercial Road tersebut. Menurut Armitt, polisi kemungkinan besar akan merampungkan penyelidikan di apartemen tersebut, Rabu (8/10/2014) sore waktu setempat.
Sejauh ini, Armitt menolak memberi penjelasan rinci mengenai berbagai spekulasi yang beredar luas di media, termasuk tentang kabar bahwa polisi menemukan potongan tubuh yang sedang direbus di apartemen itu.
Detektif Armitt mengatakan, hingga hari ini polisi belum bisa mengidentifikasi korban secara formal, dan polisi Australia juga belum berbicara langsung dengan pihak keluarga Mayang di Indonesia.
“Kami telah berbicara dengan pihak konsulat Indonesia serta pihak Pemerintah Indonesia di Jakarta,” katanya.
“Rencana pemulangan jenazah akan segera dilakukan begitu koroner mengizinkan, dan begitu kami sudah bicara dengan pihak keluarga korban,” tambah Detektif Armitt.
Di sisi lain, polisi juga telah mengunjungi keluarga Marcus Volke di Ballarat, yang berwaktu tempuh sekitar dua jam perjalanan darat dari Melbourne. Dijelaskan, jenazah Marcus akan diserahkan kepada keluarganya begitu proses identifikasi formal selesai dilakukan.


Ambil Sampel DNA Orangtua
Kepolisian Republik Indonesia sudah mengambil sampel deoxyribose nucleic acid (DNA) dari orangtua Mayang Prasetyo, Rabu (8/10/2014) pagi tadi.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif DVI Polri Kombes Pol Anton Castilani.
“Mudah-mudahan profil DNA-nya bisa diserahkan ke otoritas Australia awal minggu depan,” ujar dia.
Ia mengatakan, sampel yang diambil dari orangtua Mayang akan dibawa dari Lampung ke Jakarta, Rabu malam.
Mayang Prasetyo ditemukan tewas dengan kondisi tubuh termutilasi di dalam sebuah apartemen yang ditinggali dengan suaminya, Marcus Peter Volke di Brisbane, Australia. Pelakunya diduga tiada lain kekasihnya sendiri Marcus Peter Volke seorang koki kapal pesiar.
Kondisi tubuh Mayang pun cukup mengkhawatirkan selain dimutalasi, potongan tubuhnya pun sudah dalam kondisi direbus pelakunya di dalam apartemen.
Terbongkarnya pembunuhan terhadap Mayang diawali dengan keluhan warga apartemen di wilayah Teneriffe, Brisbane yang mencium bau tidak sedap dari apartemen milik Marcus Peter Volke.
Kemudian kepolisian pun menggerebek apartemen tersebut Sabtu (4/10/2014) malam. Hasilnya ditemukan potongan tubuh manusia yang belakangan diketahui bernama Mayang. Sementara Volke dilaporkan tewas diduga bunuh diri.

Pemutilasi Berprofesi PSK Pria
Marcus Volke, tersangka pembunuh Mayang Prasetyo, ternyata tidak pernah bekerja sebagai koki di kapal pesiar. Dia pernah bekerja di Kopenhagen, Denmark, sebagai pekerja seks komersial (PSK) pria dan mengiklankan dirinya sebagai “Young sexy Australian boy”.
Marcus, yang ditemukan bersama potongan tubuh Mayang di apartemen mereka di Brisbane, Australia, Sabtu (4/10/2014) malam lalu, diduga memiliki kehidupan ganda.
Hal ini diungkapkan Alex Devantier, seorang desainer yang dekat dengan Marcus dan Mayang. Alex menyesali pemberitaan media dalam menggambarkan Mayang Prasetyo yang justru merupakan korban dalam kasus ini.
Menurut catatan ABC, sebelumnya pemberitaan yang beredar menggambarkan Mayang sebagai PSK kelas atas bertarif mahal, sementara Marcus digambarkan sebagai sosok yang antikekerasan.
Kepada surat kabar lokal, Alex Devantier menyatakan bahwa Marcus sama sekali tidak pernah bekerja sebagai koki di kapal pesiar.
“Itu hanya dalih kepada keluarga dan teman dekatnya untuk menutupi pekerjaan dia yang sebenarnya sebagai PSK pria,” ujar Alex seperti dilaporkan Daily Mail Australia.
Alex Devantier mengungkapkan, dia bertemu Marcus dan Mayang empat tahun silam di Melbourne. “Keduanya bekerja di tempat hiburan malam bernama Pleasure Dome di Melbourne tahun 2009 sebagai PSK sekitar dua bulan,” jelasnya.
“Mayang kemudian harus berhenti karena dia begitu populer di tempat itu sehingga PSK trans-seksual lainnya membenci Mayang,” kata Alex. “Ia kemudian meminta saya mendesain situs web sendiri untuk mengiklankan diri.”
“Pasangan ini kemudian bekerja sendiri. Saya yang membantu Marcus mendaftarkan usahanya sebagai PSK privat di Melbourne dan membantunya membuat iklan,” tambah Alex.
Alex Devantier yang berasal dari kota Townsville mengaku terpukul sekali atas tragedi ini. “Saya yang mengurusi situs web Mayang dan selalu berkomunikasi dengannya setiap saat,” katanya.
Informasi lainnya menyebutkan, setelah pindah ke Brisbane, Marcus bekerja sebagai PSK pria dengan nama Heath XL.
Ketika masih bekerja di Kopenhagen, pria kelahiran Ballarat 28 tahun lalu ini mengiklankan diri sebagai “Young sexy Australian boy, very friendly and easy going, discreet and professional”.
Ia juga mendeskripsikan dirinya dalam iklan itu sebagai orang yang terbuka dan menerima semua jenis orang dengan latar belakang apa pun.
Sementara itu, pemilik usaha PSK Le Femme Garcon di Melbourne membantah bahwa Mayang Prasetyo pernah bekerja di tempat itu. Dalam laman Facebook-nya, Mayang menyebut tempat itu sebagai tempat kerjanya. (Red/bs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar