Bojonegoro-ASPRA,
MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ad Interim Chairul Tanjung meresmikan pengoperasian dan groundbreaking 12 proyek energi senilai Rp 12 triliun. Ke-12 proyek ini meliputi tiga proyek migas dan sembilan proyek pembangkit listrik.
“Hari ini diresmikan tiga proyek migas dan sembilan pembangkit listrik dengan investasi yang luar biasa yakni Rp 100 triliun. Presiden sebenarnya ingin meresmikan sendiri di Cepu, tetapi karena situasi akhir-akhir ini dan keadaan tidak memungkinkan, maka saya ditugaskan untuk mewakili,” kata CT di Bojonegoro, Rabu (8/10).
Menurut dia, sektor migas dan listrik adalah dua sektor yang banyak mendapat perhatian mengingat besarnya subsidi yang dikucurkan untuk sektor ini. Pada sektor migas, konsumsinya mencapai 1,3 juta barel per hari (bph), jauh lebih besar dari kemampuan produksi nasional. Besaran konsumsi ini terus naik setiap tahunnya.
“Sementara produksi minyak trennya menurun. Sehingga ada gap yang sebabkan kita mengimpor,” jelas dia.
Salah satu proyek yang diresmikan adalah tambahan produksi minyak dari Blok Cepu. Blok dengan puncak produksi 165 ribu bph itu diharapkan bisa mendongkrak produksi minyak nasional menjadi 900 ribu bph pada 2015. Saat ini, produksi minyak nasional masih berkisar 793 ribu bph.
Proyek lain yang juga diresmikan pengoperasiannya yakni kilang gas alam cair (LNG) Donggi Senoro di Banggai, Sulawesi Tengah. Kilang LNG keempat di Indonesia dan yang pertama menggunakan skema hilir ini memiliki kapasitas produksi LNG sebesar 2 juta ton per tahun. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 2,8 miliar.
Menurut Presiden Direktur PT Donggi Senoro LNG Gusrizal, kilang ini memungkinkan dimonetisasinya cadangan gas marjinal di Sulawesi. “Saat ini kilang sedang masuk tahap uji coba peralatan selama 6 bulan dan akan mulai mengirimkan LNG pada pertengahan tahun depan,” kata dia.
Kilang LNG Donggi Senoro diperkirakan berproduksi penuh ketika suplai feed gas dari pihak upstream, dalam hal ini Joint Operating Body Pertamina Medco Tomori Sulawesi (JOB PMTS) dan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM), telah siap seluruhnya. JOB PMTS sebagai penyuplai feed gas terbesar dengan komitmen pasokan gas sebanyak 250 juta kaki kubik per hari diharapkan mulai menyuplai penuh pada semester pertama 2015. PPGM dengan komitmen suplai gas 85 juta kaki kubik per hari akan menyuplai feed gas dalam dua tahap, yaitu mulai Desember 2015 dan Maret 2016.
Sementara untuk proyek yang diresmikan groundbreaking-nya yakni Pipa Gresik-Semarang yang digarap PT Pertamina Gas (Pertagas). Konstruksi pipa dengan panjang 270 km dan kapasitas 500 mmscfd ini telah dimulai. Selanjutnya, dengan masa konstruksi 18 bulan, pipa ditargetkan beroperasi pada kuartal pertama 2016.
Pertagas telah mendapat alokasi gas yang akan dialirkan melalui pipa ini. Rincinya, excess dari Jawa Timur yang berasal dari Kangean sebesar 30 MMSCFD pada 2016, suplai gas Cepu Lapangan Tiung Biru dan Cendana sebesar 100 MMSCFD pada 2019, dan potensi gas Cepu lapangan Alas Tua sebesar 110 MMSCFD mulai 2022.
“Pembangunan proyek ini memiliki arti strategis, tidak saja dalam mendukung program pemerintah dalam konversi BBM ke gas untuk bahan bakar industri, juga mewujudkan infrastruktur gas yang terintegrasi di Pulau Jawa sebagai penopang perekonomian nasional,” kata Presiden Direktur Pertagas Hendra Jaya.
Tambah Listrik
Untuk proyek pembangkit, CT menuturkan, sangat penting bagi kemajuan negara. Menurutnya, sebuah negara kalau mau maju harus menjadi negara industri. Maka PLN harus mengubah paradigma di mana pelanggan tidak perlu menunggu untuk mendapat listrik. Ketersediaan pasokan listrik harus menjadi daya tarik bagi investor agar mau menanamkan modal.
“Untuk itu diperlukan daya listrik yang besar. Jadi harus ada banyak pembangkit yang dibangun,” kata dia.
Pada kesempatan kali ini, terdapat 9 proyek Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas total 2.093 mega watt (MW) yang diresmikan. Selain itu diresmikan juga PLTP Patuha 50 MW yang merupakan proyek percepatan pembangunan pembangkit tahap II 10.000 MW (fast track program/FTP 2) yang pertama kali beroperasi.
Proyek PLTU yang diresmikan adalah PLTU Nagan Raya Unit 1 dan 2 (2 x 110 MW) di Aceh, PLTU Tanjung Balai Karimun (2 x 7 MW) di Kepulauan Riau, PLTU Teluk Sirih (2 x 112 MW) di Sumatera Barat, PLTU Tarahan Baru #1 (100 MW) di Lampung, PLTU Pelabuhan Ratu (3 x 350 MW) di Jawa Barat, PLTU Tanjung Awar-Awar #1 (350 MW) di Jawa Timur, PLTU Barru (2 x 50 MW) di Sulawesi Selatan, PLTU Kendari #1 (10 MW) di Sulawesi Tenggara dan PLTU Mataram #3 (25 MW) di NTB.
Kesembilan proyek PLTU yang termasuk dalam proyek percepatan pembangunan pembangkit tahap I 10.000 MW (fast track programme/FTP 1) tersebut tersebar di berbagai wilayah. Proyek-proyek ini dibangun untuk mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan listrik, meningkatkan keandalan pasokan dan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang mahal. Hingga saat ini status proyek pembangkit FTP 1 yang telah beroperasi mencapai 73 persen dan sisanya akan terus diselesaikan.
“Selain FTP, PLN juga membangun pembangkit lain dengan skema IPP dan PPP,” kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji. Menurutnya, PLN akan menambah daya listrik sebesar 5.700 MW per tahun untuk menyokong pertumbuhan ekonomi 7 persen. (Oke)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar